Teknologi yang menelan
Saya bukan pakar intelijen, pun bukan pakar teknologi, saya ini
mentoknya hanya di: ahli fiksi. Sejauh ini ada dua novel saya yang
menulis tentang konspirasi, termasuk memanfaatkan teknologi di dalamnya.
Itu saja mentoknya sy sebgai pengamat konspirasi amatiran. Sebagai
penulis fiksi, kadang imajinasi saya berlebihan dan tidak kontekstual.
Sebagai orang yang hidup di dunia nyata,
sebaliknya, saya justeru tidak suka berpikir yang aneh2, berprasangka
buruk. Saya bahkan menjauhi orang2 yg hidupnya berprasangka negatifff
melulu. Saya akuntan, dilatih untuk melihat bukti atas setiap transaksi,
dan berbagai prinsip lainnya yang sangat material.
Akan
tetapi, mungkin menarik saya share hal2 berikut ini. Kalian berhak punya
pendapat yang berbeda, itulah guna akal pikiran masing2, semua orang
bisa mengeksplorasi pemikirannya.
Menurut hemat saya, teknologi di dunia ini pada akhirnya akan mengerucut kepada sebuah titik saja: informasi.
Ini simplifikasi atas sebuah diskusi besar. Tapi saya tidak menemukan
penjelasan lain, sepertinya memang sesederhana itu: informasi. Siapapun
yang menguasai informasi, maka merekalah yang menguasai dunia ini. Bukan
senjata nuklir, bukan pula senjata kimia. Itu hanya turunan dari
informasi. Pun sama, cadangan minyak dunia, bisnis energi, itu juga
turunan dari informasi. Semua orang yang memiliki ambisi besar, ingin
berkuasa secara politik, ingin memiliki imperium bisnis raksasa, atau
simpel hanya ingin merilis lagu dan film baru, mutlak membutuhkan
informasi. Dengan informasi yang akurat, maka mereka bisa melancarkan
strategi terbaik.
Maka ilmu pengetahuan dunia bergerak maju
dalam teknologi informasi ini. Menakjubkan. Baru dua puluh tahun lalu
dunia ini masih gelap gulita dalam teknologi informasi. Hanya segelintir
orang punya pesawat telepon di rumah tahun 1993, hari ini nyaris
seluruh dunia memiliki telepon genggam. Kecepatan penyebarannya lebih
mengagumkan dibanding (maaf) endemik penyakit. Tahun 2000, orang2 masih
banyak memegang HP jadul sebesar lengan, yang bisa buat nimpuk, hari
ini, smartphone membanjiri pasaran--juga sama, tetap bisa buat nimpuk
sih.
Tahun 2005, kita belum bicara tentang kekuatan jejaring
sosial, hari ini, salah-satu jejaring sosial mempunyai anggota satu
milyar lebih. Mereka memiliki pengguna begitu massif. Teknologi
informasi berkembang amat cepat, tidak tertahankan. Dan di tengah
gelombang kemajuan itu, tidakkah orang2 mulai menyadari, informasi
adalah kekuatan terbesar yang ada.
Siapapun yang memiliki
ambisi berkuasa, harus tahu persis informasi yang dia miliki. Bila perlu
tahu sedetail2nya. Jangankan buat produser yang merilis film agar box
office, kalian yang lagi jatuh cinta dgn seseorang saja, ingin tahu
sekali seperti apa gebetan kalian itu. Kapan dia buka facebook, apakah
dia ngintip profile kalian, apakah dia kirim message ke teman2nya, dan
membicarakan tentang kalian, dsbgnya.
Kita telah tiba di titik
ketika semua orang dengan senang hati membagikan informasi miliknya.
Penyebaran perangkat komunikasi ke seluruh dunia adalah 'vessel' alias
kendaraan paling efektif mengumpulkan informasi tanpa paksaan. Cepat
atau lambat, misalnya, saat gagdet dilengkapi dengan pemindai sidik
jari, tanpa susah payah, ada pihak yang segera punya data lengkap sidik
jari orang2. Banyak manfaatnya, tentu saja, ketika ada pelaku kejahatan
di sebuah tempat, ketemu sidik jarinya, dengan mudah ketemu orangnya,
bahkan ketahuan dia kemarin menelepon siapa, habis update apa. Tapi
segala sesuatu memiliki dua sisi, jika kita belum mampu melihat dampak
negatifnya di tahun2 mendatang, bukan berarti semua akan baik2 saja.
Sedangkan aplikasi di dalamnya adalah content paling atraktif menggoda
para pengguna. Jejaring sosial misalnya, data-data personal di
kumpulkan, baik bagi perusahaan yang memang berkepentingan atas
bisnisnya, maupun bagi pihak lain dengan agenda yang berbeda. Pun
termasuk pemerintah berkuasa, yang bisa memerintah siapapun. Semua
informasi itu bisa dimanfaatkan buat apapun. Mulai dari level rendah,
ecek-ecek, hingga level tinggi, menyerbu dan menguasai sebuah negara.
Berlebihan? Tergantung. Seberapa penting atau tidak kalian. Jika kalian
adalah nasabah kartu kredit dengan catatan transaksi baik, maka sy
jamin, bukankah setiap minggu pasti ada yang menelepon menawari asuransi
dan produk keuangan lainnya? Jika kalian lebih penting lagi, nasabh
besar, maka lebih tinggi lagi pemanfaatan informasi tsb, termasuk hal
positif memang, seperti tiba2 ada yang menawari real bisnis. Tapi jika
kalian hanya simpel pengguna internet sederhana, paling mentok dapat
email SPAM dari Afrika yang menawarkan USD 10 juta.
Kita tidak
akan bisa mencegah gelombang ini, orang2 akan menggunakan informasi
yang telah kita berikan (termasuk penjahat di sekitar kita bisa
memanfaatkannya). Maka saran saya, mulailah berpikir matang, gunakanlah
teknologi lebih dewasa. Kita semua tersambung dalam sebuah jaring
laba-laba raksasa yang menghimpun informasi. Buat sekat yang jelas.
Jejaring sosial, seperti facebook misalnya, bukan tempat kita bebas
meletakkan apapun. Kejadian remaja wanita diperkosa atau dilecehkan oleh
kenalan di jejaring sosial itu gunung es. Pucuknya saja yg terlihat di
berita2, sedangkan dalamnya, banyak yg malu, memilih tutup mulut tidak
cerita kemana2. Pun kejadian2 lain serupa.
Jaga anak2 kita dari
teknologi. Usia enam tahun, sudah jago berselancar di dunia maya, itu
bukan kebanggaan. Repot jika malah mikir sebaliknya. Sama dengan anak
usia tiga belas, sudah bisa ngebut di tol, sudah bisa pacaran, kacau
sekali kalau orang tuanya mikir malah bangga, atau orang di sekitarnya
menganggap itu keren, diidolakan. Ada batas ketika anak2 kita memang
masih rentan dan tidak bisa bertanggung jawab atas prilaku mereka
sendiri.
Silahkan pikirkan baik2 masalah ini. Teknologi yang
berada di sekitar kita, tidak sesimpel untuk seru2an, asyik2an, dan
senang2 saja. Setidaknya pastikan kita tidak ditelan oleh teknologi itu,
menghabiskan banyak waktu untuknya, tanpa memperoleh manfaat yang
setimpal. Jika kalian tidak sependapat dgn catatan ini, tidak perlu
repot2 membantah di kolom komen. Tinggal buat tulisan sendiri di profile
masing2. Itu akan lebih bermanfaat membesarkan cara berpikir, bukan
membesarkan jempol dan jari mengetik komen. Dan jelas, itu salah satu
contoh memanfaatkan secara positif jejaring sosial di sekitar kita.
*Tere Lije
9.17.2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar