*Menyayangi masalah kita
Saya suka majalah anak-anak, dulu waktu kecil, usia SD, sy paling suka
membaca majalah anak-anak. Dulu ada TomTom, juga BoBo, dan judul2
lainnya. Sekarang, sudah punya anak satu, saya juga masih suka baca
majalah anak-anak. Hehe, jadi kalau ada majalah anak2 di rumah, di ruang
tunggu, di mana saja, pasti dibaca dari halaman depan hingga halaman
belakang, bersih. Termasuk baca puisi yang ditulis anak2, memperhatikan lukisan yg digambar anak2.
Kalian tahu, menurut saya, dunia anak2 itu selalu istimewa.
Saya juga menulis catatan ini karena barusaja membaca majalah anak2,
BoBo. Edisi lama malah, November 2012. Di salah-satu artikelnya, saya
membaca seorang anak bernama Meylan, dia tinggal di pulau terpencil di
kelilingi laut luas Kepulauan Sangihe, Sulawesi Utara. Nah, si Meylan
ini, kalau sekolah harus menyeberangi laut dengan sampan, lantas
berjalan kaki, kemudian mendaki lereng, karena sekolahnya terletak di
pulau berbeda, di atas bukit pula. Tinggi lerengnya adalah 56 anak
tangga besar2.
Saya kira, ribuan anak2 lainnya di seluruh
Indonesia juga harus berjuang tiba di sekolahnya. Ada yang menyeberangi
sungai, ada yang akrobat di jembatan rusak, ada yg membawa obor karena
jalan kaki melintasi hutan pagi buta, ada yang melintasi pematang sawah,
dsbgnya, banyak sekali yg seperti Meylan.
Tapi yg satu ini
istimewa sekali. Membayangkan Meylan naik sampan, lantas jalan kaki,
lanjut mendaki bukit saja sudah melelahkan, apalagi kalau menjalaninya
sendiri. Itu perjalanan fisik yang melelahkan bagi anak kecil. Dan dia
harus melakukannya setiap hari. Berangkat pagi, pulang sore. Sepanjang
tahun, bertahun2. Maka istimewa sekali saat Meylan ditanya bagaimana
agar dia tidak capek? Dia menjawab: "Kusayangi jalanku supaya kakiku
tidak mengeluh capek." Jawaban yang sederhana sekali, Meylan menyayangi
jalan tersebut agar dia tidak mengeluh capek.
Inilah kenapa sy suka membaca majalah anak2. Karena selalu saja ada hal cemerlang dari dunia anak2.
Meylan tidak membenci jalan yang harus dia lewati (jalan dalam arti
sebenarnya), dia tdk membenci naik sampan, jalan kaki, juga mendaki
bukit tinggi. Dengan semua keterbatasan, dia memutuskan menyayangi jalan
tersebut, agar kakinya tidak mengeluh capek.
Maka, apakah kita
orang dewasa telah menyayangi semua kesulitan yang kita hadapi? Hidup
ini memang banyak masalah, ada yang mentok di pekerjaan menyebalkan
bergaji rendah, ada yang mentok di rumah saja tidak bisa kemana2, ada
yang mentok gagal terhambat inilah, ada yang kecewa berat terhambat
masalah itulah. Tapi apakah kita akan marah-marah atau sebaliknya dengan
semua situasi tersebut? Atau kita akan belajar dari Meylan, menyayangi
masalah yang sedang kita hadapi, agar kita tidak banyak mengeluh. Kalau
kita ingin marah2, maka ingatlah kisah si Meylan ini, dia memutuskan
untuk menyayangi jalannya, termasuk 56 anak tangga itu, supaya kakinya
tidak mengeluh capek.
Sungguh, anak2 di sekitar kita kadang
memberikan pelajaran keren. Dan saya menulis di salah-satu buku (eh,
sebenarnya di banyak buku2 itu); bukan anak2 yang selalu belajar banyak
dari orang dewasa, dalam situasi tertentu, kitalah, orang dewasa, yang
belajar banyak dari anak2 di sekitar kita. Jadi bukalah mata kita, mari
belajar dari mereka.
Demikian.
9.17.2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar